BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan besar luar biasa dalam persaingan, produksi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia, dan penanganan transaksi antara perusahaan dengan pelanggan dan perusahaan dengan perusahaan lain. Persaingan yang bersifat global dan tajam menyebabkan terjadinya penciutan laba yang diperoleh perusahaan-perusahaan yang memasuki persaingan tingkat dunia. Hanya perusahaan-perusahaan yang memiliki keunggulan pada tingkat dunia yang mampu memuaskan atau memenuhi kebutuhan konsumen, mampu menghasilkan produk yang bermutu, dan cost effevtive (Mulyadi, 1997).
Adanya perubahan atas lingkungan perusahaan tersebut memaksa perusahaan untuk mengubah pola pikir yang lama dan menyesuaikannya dengan keadaan serta kebutuhan saat ini. Perusahaan dituntut untuk mampu mengidentifikasi, mengelola, dan memperbaiki proses bisnis yang penting. Hal itu agar perusahaan memperoleh keunggulan kompetitif dan dapat bertahan di tengah persaingan ketat dunia usaha.
Oleh karena itu dibutuhkan Penilaian atau pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam perusahaan. Selain digunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan, pengukuran kinerja juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan sistem imbalan dalam perusaan, misalnya untuk menentukan tingkat gaji karyawan maupun reward yang layak. Pihak manajemen juga dapat menggunakan pengukuran kinerja perusahaan sebagai alat untuk mengevaluasi pada periode yang lalu.
1.2. Identifikasi Masalah
Permasalahan yang diangkat dalam makalah ini adalah:
1) Apakah definisi Balanced Scorecard itu?
2) Apakah manfaat dari balance scorecard?
3) Apakah kelebihan/keunggulan dari Balanced Scorecard ?
4) Apa sajakah perspektif dari balance scorecard?
5) Bagaimana mengukur kinerja keuangan?
1.3. Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat dari pembentukan makalah ini adalah untuk menjelaskan secara singkat mengenai “Balance Scorecard” selain itu untuk menyediakan salah satu informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam mengelola perusahaan, yaitu untuk:
1. Perencanaan dan Pengendalian Laba. Akuntansi manajemen menyediakan informasi atau data biaya masa lalu yang diperlukan untuk menyusun perencanaan, dan selanjutnya atas dasar perencanaan tersebut, biaya dapat dikendalikan dan akhirnya pengendalian dapat dipakai sebagai umpan balik untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
2. Pengambilan Keputusan oleh Manajemen.
1.4. Metode
Adapun metode yang digunakan adalah metode deskripsi yaitu menjelaskan definisi Balance Scorecard, manfaat, keuanggulan, perspektif BSC, dan menukur kinerja keuangan dalam pembuatan kepustusan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Balanced Scorecard
Balanced scorecard terdiri dari dua kata balanced artinya berimbang dan scorecard artinya kartu skor pekerjaan atau kartu prestasi kerja orang atau organisasi. Kartu prestasi kerja dituangkan dalam angka-angka keuangan atau lazim disebut kinerja keuangan dan dapat dijadikan bahan baku untuk membuat rencana kerja masa depan, karena itu merupakan data historis. Selanjutnya rencana kerja itu dibandingkan dengan kartu prestasi kerja nyata, hasilnya adalah penyimpangan. Balanced yang artinya berimabang menjelaskan bahwa kinerja organisasi harus diukur dari sudut kinerja keuangan dan kinerja non-keuangan yang meliputi pelanggan, proses bisnis intern, dan pembelajaran dan pertumbuhan.
Dalam akuntansi manajemen dikenal alat analisis yang bertujuan untuk menunjang proses manajemen yang disebut dengan Balanced Scorecard yang dikembangkan oleh Norton pada tahun 1990. Balanced Scorecard merupakan suatu ukuran yang cukup komprehensif dalam mewujudkan kinerja, yang mana keberhasilan keuangan yang dicapai perusahaan bersifat jangka panjang (Mulyadi dan Johny Setyawan, 1999). Balanced Scorecard tidak hanya sekedar alat pengukur kinerja perusahaan tetapi merupakan suatu bentuk transformasi strategik secara total kepada seluruh tingkatan dalam organisasi. Dengan pengukuran kinerja yang komprehensif tidak hanya merupakan ukuran-ukuran keuangan tetapi penggabungan ukuran-ukuran keuangan dan non keuangan maka perusahaan dapat menjalankan bisnisnya dengan lebih baik.
Kaplan dan Norton menjelaskan bahwa balanced Scorecard melengkapi seperangkat ukuran finansial kinerja masa lalu dengan ukuran pendorong (drivers) kinerja masa depan. Tujuan dan ukuran scorecard diturunkan dari visi dan strategi yang dituangkan dalam empat perspektif yaitu finansial, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan, yang dapat disajikan dalam gambar 1.[1]
Gambar 1
Hubungan Balanced Scorecard dengan Visi dan Misi Perusahaan
Selanjutnya Kaplan dan Notron menjelaskan bahwa balanced scorecard sebagai sebuah sistem manajemen, artinya semua ukuran finansial dan nonfinansial harus menjadi bagian dari sistem informasi bagi semua pekerja di semua tingkat perusahaan. Semua pekerja harus memahami bahwa aktivitas mereka adalah biaya yang harus diperhitungkan manfaatnya (benefitnya); semua aktivitas harus mempunyai tujuan bisnis yang menguntungkan dan harus diukur dengan satuan uang, oleh sebab itu semua pekerja harus berinisiatif bekerja efektif dan efisien dan berpikir strategis (jangka panjang). Hubungan balanced scorecard dengan penikiran strategis dapat disajikan dalam gambar 2. Semua pekerja harus mengetahui dan memahami visi, misi, tujuan, dan sasaran perusahaan. Top manajemen harus menerjemahkannya dalam strategi dan kebijakan; manajemen madya harus membuat program kerja dan anggaran; dan manajemen pertama (lini) harus melaksanakannya. Kinerja harus diukur berdasar balanced scorecard.
Gambar 2
Hubungan Balanced Scorecard dengan Pemikiran Strategis
Pada umumnya kinerja keuangan diukur dari tiga segi yaitu:
1) Segi kemampuan organisasi untuk memperoleh laba berish (earning after tax) yang lazim disebut net profit margin yaitu laba bersih dibagi pendapatan penjualan.
2) Kemampuan organisasi mengoperasikan harta untuk memperoleh penjualan atau lazim disebut Perputaran harta atau asset turnover, yaitu pendapatan penjualan dibagi total harta (asset).
3) Kemampuan organisasi untuk menggunakan sumber pembiayaan dari luar yang lazim disebut equity multiplier, yaitu total asset dibagi total equity. Penggabungan net profit margin dengan asset turnover menghasilkan return on asset (ROA), dan penggabungan ROA dengan equity multiplier menghasilkan return on equity (ROE)
Harta menunjukkan efektivitas organisasi dalam mencapai sasaran penjualan, sedangkan net profit margin menunjukkan efisiensi organisasi dalam mengelola biaya sebagai beban (expense) terhadap pendapatan penjualan (sales revenue). Dengan demikian efektivitas dan efisiensi melahirkan kemampuan menghasilkan laba (profitabilitas). Pengukuran kinerja perusahaan dari sudut keuangan nampaknya kurang memberi informasi yang menyeluruh karena tidak menyentuh eksistensi perusahaan yaitu pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan. Pelanggan merupakan faktor eksternal yang sulit dikontrol, namun harus diketahui perilakunya, sedangkan proses bisnis internal dan pembelajaran dan pertumbuhan merupakan faktor internal yang relatif mudah dikontrol. Kinerja keuangan merupakan saling berhubungan antara faktor internal dan faktor eksternal.
2.2 Manfaat Balanced Scorecard
Menurut Kaplan dan Norton (1996), balanced scorecard mempunyai manfaat:
· Membantu manajer untuk memandu menemukan kesuksesan yang kompetitf di masa yang akan datang, karena konsep ini menerjemahkan visi, misi, dan strategi kesuatu pengukuran kinerja yang menyeluruh yang dapat menyediakan kerangka kerja yang berguna sebagai sistem pengukuran dan manajemen strategis.
· Digunakan manager untuk mengintegrasikan scorecard dengan proses perencanaan dan budgeting.
2.3 Keunggulan Balanced Scorecard
a) Komprehensif
Balanced scorecard memperluas perspektif yang dicakup dalam perencanaan strategik, dari yang sebelumnya hanya terbatas pada perspektif keuangan, meluas ketiga perspektif yang lain: customers, proses bisnis atau intern, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Kekomprehensifan sasaran strategik merupakan respon yang pas untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompleks. Jika sasasaran strategik hanya diarahkan ke perspektif keuangan , lingkup rencana strategik akan terlalu sempit, sehingga tidak memadai untuk menghadapi lingkungan bisnis yang kompleks.
b) Koheren
Kekoherenan juga berarti dibangunnya hubungan sebab akibat antara keluaran yang dihasilkan sistem perumusan strategi dengan keluaran yang dihasilkan sistem perumusan strategi dengan keluaran yang dihasilkan sistem perencanaan strategik. Kekoherenan sasaran strategik yang menjanjikan pelipatgandaan kinerja keuangan sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif.
c) Seimbang
Sasaran strategik harus diarahkan ke empat perspektif secara seimbang:
(1) seimbang antara fokus ke proses dan pembelajaran dan pertumbuhan, serta
(2) seimbang antara fokus ke intern perusahaan dan keluar perusahaan.
d) Terukur
dalam pendekatan balanced scorecard , sasaran di ketiga perspektif non keuangan tersebut ditentukan ukurannya agar dapat dikelola sehingga dapat diwujudkan. Dengan demikian, keterukuran sasaran-sasaran strategik di ketiga perspektif tersebut menjanjikan perwujudan berbagai sasaran strategik non keuangan, sehingga kinerja keuangan dapat berlipatganda dan berjangka panjang.
e) Ada keseimbangan antara log indicator dan lead indicator
f) Ada keseimbangan antara tujuan jangka panjang dan jangka pendek
g) Ada keseimbangan antara hard objectives dan softer more subjectie measures.
2.4 Perspektif BSC
Kaplan dan Norton menggunakan empat standar perspektif BSC yaitu financial, customer, internal business process, dan learning and growth.
1. Perspektif financial
BSC dibangun dari studi pengukuran kinerja di sektor bisnis, sehingga yang dimaksud perspektif financial di sini adalah terkait dengan financial sustainability. Perspektif ini digunakan oleh shareholder dalam rangka melakukan penilaian kinerja organisasi. Apabila dinarasikan akan berbunyi: ”organisasi harus memenuhi sebagaimana harapan shareholder agar dinilai berhasil oleh shareholder”.
2. Perspektif customer
Perspektif customer adalah perspektif yang berorientasi pada pelanggan karena merekalah pemakai produk/jasa yang dihasilkan organisasi. Dengan kata lain, organisasi harus memperhatikan apa yang diinginkan oleh pelanggan.
3. Perspektif internal business process
Perspektif internal business process adalah serangkaian aktivitas yang ada dalam organisasi untuk menciptakan produk/jasa dalam rangka memenuhi harapan pelanggan. Perspektif ini menjelaskan proses bisnis yang dikelola untuk memberikan layanan dan nilai-nilai kepada stakeholder dan customer.
4. Perspektif learning & growth
Perspektif learning & growth adalah perspektif yang menggambarkan kemampuan organisasi untuk melakukan perbaikan dan perubahan dengan memanfaatkan sumber daya internal organisasi. Kesinambungan suatu organisasi dalam jangka panjang sangat bergantung pada perspektif ini.
Keempat perspektif di atas harus dipandang sebagai suatu “model (template)” yang bersifat fleksibel, baik jumlah maupun penamaannya yang disesuaikan dengan karakteristik suatu organisasi.
2.5 Mengukur Kinerja Keuangan
Kinerja Keuangan adalah prestasi manajemen yang diukur dari sudut keuangan yaitu memaksimumkan nilai perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan intinya adalah:
a. Kepuasan pemilik (owner sastifaction) melalui return on equirty (ROE) yang dirinci menjadi bauran penjualan (sales mix). Perputaran harta (assets turnover), dan laba besih atas penjualan (net profit margin).
b. Pengukuran pelanggan intinya adalah kepuasan pelanggan (customer sastisfaction) yang dirinci menjadi jumlah pelanggan baru, jumlah pelanggan yang tidak menjadi pelanggan, dan kecepatan melayani pelanggan.
c. Pengukuran proses bisnis internal intinya adalah efektivitas dan efisiensi yang dirinci siklus waktu (cycle time), penyerahan tepat waktu (on time delivery), dan siklus efektivitas (cycle effectivenees).
d. Pengukuran pembelajaran dan pertumbuhan intinya adalah kepuasan karyawan (employees satisfaction) melalui peningkatan secara terus-menerus keterampilan dan pengetahuan pekerja yang dirinci menjadi penemuan keterampilan (skill coverage) dan kualitas kehidupan kerja (quality work life).
Rumus nilai perusahaan:
1. Laba operasi bersih (net operating profit after tax atau NOPAT) dibagi biaya modal rata-rata tertimbang.
2. NOPAT ratio total capital harus lebih besar daripada biaya modal.
Untuk mewujudkan kedua rumus tersebut, manajer dan karyawan harus bekerja secara efektif, efisien, dan produktif.
Contoh:
Suatu perusahaan bekerja dengan total harta Rp. 1.000, dibiayai dari hutang Rp. 400, dan modal sendiri Rp. 600, biaya hutang 18%, dan biaya modal sendiri 20%, pajak 50%. Total pendapatan Rp. 2.000, total beban operasi (operating expenses) Rp. 1.700, atau laba operasi Rp. 300.
Return on investment (ROI) = laba operasi Rp. 300 dibagi total harta Rp. 1.000 = 30%.
Biaya modal sebesar [18% x (1 – 0,5) (Rp. 400/Rp. 1.000)] + 20% (Rp. 600/ Rp. 1.000) = 3,6% + 12% = 15,6%
Nilai perusahaan adalah net operating profit after tax atau NOPAT dibagi biaya modal rata-rata tertimbang = Rp 300 (1 – 0,50) / 15,6% = Rp 962 lebih kecil daripada nilai harta Rp 1.000, artinya nilai perusahaan turun sebesar Rp 38, artinya manajemen tidak profesional, tidak mampu meningkatkan nilai perusahaan. NOPAT adalah laba operasi kali satu dikurang pajak atau operating profit (1 - tax); NOPAT ratio to total capital = [Rp 300 x (1 – 0,50)] / 1.000 = 15% sedangkan biaya modal rata-rata tertimbang 15,6%.
Peningkatan nilai perusahaan tersebut adalah akibat kemampuan sumber daya manusia (kapital manusia) dalam mengoperasikan harta untuk memperoleh pendapatan dan dalam mengefisienkan biaya untuk memperoleh laba. Dengan demikian hakikatnya nilai perusahaan adalah hasil kerja sumber daya manusia yang bekerja efektif, efisien, dan produktif.
Gambar kinerja keuangan lengkap dapat disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.1
Laporan Posisi Keuangan PT. ABC (Balance Sheet)
Harta (asset) | 2001 (Rp) | 2002 (Rp) |
Kas (cash) Piutang (account receivable) Persediaan (inventories): - Bahan baku (raw materials) - Barang dalam proses (work in process) - Barang jadi (finished goods) | 450 4.800 100 500 300 | 500 400 200 400 1.000 |
Total harta lancar (total current assets) / a | 6.150 | 2.500 |
Obligasi PT. ABC (bonds) Saham PT. XYZ (stocks) | 200 150 | 1.000 2.000 |
Total harta keuangan (total finansial assets) / b | 350 | 3.000 |
Harta (assets) | 2001 | 2002 |
Tanah (land) Gedung (buildings) Peralatan (equipments) | 980 1.000 1.000 | 500 800 5.700 |
Total harta tetap (total real assets) / c | 2.980 | 7.000 |
Hak paten (property right) Biaya pendirian (organization fee) Hak pengelola alam (natural resources right) | 200 600 282 | 100 500 400 |
Total harta tak berwujud (total intangible assets) / d | 1.082 | 1.000 |
Total harta (total assets) = (a+b+c+d) | 10.562 | 13.500 |
Huatang dan Modal (debt and equity) | 2001 | 2002 |
Utang dagang (accounts payable) Utang bunga (interest payable) Utang pajak (tax payable) Utang devidens (devidens payable) Utang bank (note payable, at 25%) | 500 1.000 44 18 500 | 1.000 500 14 48 2.000 |
Total utang lancar (total current assets) / e | 2.062 | 3.562 |
Utang obligasi (bonds, at 20%) Utang hipotik (mortagage, at 24%) | 1.000 2.000 | 500 1.500 |
Total utang jangka panjang (long-term debt) / f | 3.000 | 2.000 |
Saham istimewa (preferred stock, at 24%) Saham biasa (common stock) Agio sero (capital surplus ot paid in capital) Laba ditahan (retained earning) | 2.000 3.000 420 80 | 2.000 4.500 865 573 |
Total ekuitas (total equity) / g | 5.500 | 7.938 |
Total utang dan modal (total debt & equity) / e + f + g | 10.562 | 13.500 |
Keterangan:
1. Kinerja keuangan yang lazim digunakan oleh perusahaan antara lain adalah analisis likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, aktivitas, pertumbuhan, dan analisis penilaian, kebangkrutan, dan analisis Du-Pont. Beban bunga 2002 = (25% x 2.000) + (20% x 500) + (24% x 1.500) = 960
2. Beban bunga 2001 = (25% x 500) + (20% x 1.000) + (24% x 2.000) = 850
3. Deviden saham istimewa = 24% x 2.000 = 480
4. Saham biasa yang beredar 1000 lembar, dan saham istimewa 1000 lembar pada tahun 2001
5. Harga saham biasa per lembar Rp 5
6. Penyusutan aktiva tetap (real assets) 2001 Rp 298 dan 2002 Rp 700, amortisasi 2001 Rp 108, 2002 Rp 100
Tabel 3.2
Laporan Rugi-Laba PT. ABC (income statement)
keterangan | 2001 (Rp) | Rasio (%) | 2002 (Rp) | Rasio (%) |
Penjualan | 7.200 | 100 | 9.000 | 100 |
Harga pokok penjualan | 4.320 | 60 | 4.950 | 55 |
Laba kotor | 2.880 | 40 | 4.050 | 45 |
Beban pemasaran | 720 | 10 | 720 | 8 |
Beban administrasi | 360 | 5 | 360 | 4 |
Laba operasi | 1.800 | 25 | 2.970 | 33 |
Pendapatan (biaya) lain-lain | 120 | 1,7 | (150) | 1,7 |
Laba sebelum bunga dan pajak | 1.680 | 23,3 | 2.820 | 31,3 |
Bunga | 805 | 11,2 | 960 | 10,6 |
Laba sebelum pajak | 875 | 12,1 | 1.860 | 20,7 |
Pajak, at 30% | 262 | 3,6 | 558 | 6,2 |
Laba bersih setelah pajak | 613 | 8,5 | 1.302 | 14,5 |
Catatan:
Penyusutan aktiva tetap (real asset)2001 Rp 298 dan 2002 Rp 700, amortisasi 2001 Rp 108, 2002 Rp 100
Tabel 3.3
Laporan Laba Ditahan PT. ABC (retained earning statement)
Keterangan | 2001 (Rp) | 2002 (Rp) |
Laba ditahan awal periode | 0 | 80 |
Laba bersih setelah pajak tahun ini | 613 | 1.302 |
Total laba untuk pemilik | 613 | 1.382 |
Dividend saham preferen, 24% x 2.000 | 480 | 480 |
Laba untuk pemegang saham biasa | 133 | 902 |
Dividen pemegang saham biasa, 40% | 53 | *329 |
Laba ditahan akhir tahun | 80 | 573 |
Keterangan:
1. Keputusan rapat umum pemegang saham biasa bahwa dividends untuk para pemegang saham biasa adalah 40% dari laba tahun ini setelah dikurangi dividend saham istimewa.
2. *40% x (1.302 - 480) = 40% x 822)
Tabel 3.4
Laporan Sumber Dana dan Penggunaan Dana PT. ABC
(Source and application of funds statement)
Harta (asset) | 2001 (Rp) | 2002 (Rp) | *SD (Rp) | PD (Rp) |
Kas Piutang Persediaan : - Bahan baku - Barang dalam proses - Barang jadi | 450 4.800 100 500 300 | 500 400 200 400 1.000 | 0 4.400 0 100 0 | 50 0 100 0 700 |
Total harta lancar / a | 6.150 | 2.500 | | |
Obligasi PT. ABC (bonds) Saham PT. XYZ (stocks) | 200 150 | 1.000 2.000 | 0 0 | 800 1.850 |
Total harta keuangan / b | 350 | 3.000 | | |
Harta | 2001 | 2002 | | |
Tanah Gedung Peralatan | 980 1.000 1.000 | 500 800 5.700 | 480 200 0 | 0 0 4.700 |
Total harta tetap / c | 2.980 | 7.000 | | |
Hak paten Biaya pendirian Hak pengelola alam | 200 600 282 | 100 500 400 | 100 100 0 | 0 0 118 |
Total harta tak berwujud / d | 1.082 | 1.000 | | |
Total harta = (a+b+c+d) | 10.562 | 13.500 | | |
Tabel 3.5
Laporan Sumber Dana dan Penggunaan Dana (lanjutan)
Utang dan Modal (debt and equity)
Huatang dan Modal | 2001 (Rp) | 2002 (Rp) | SD (Rp) | PD (Rp) |
Utang dagang Utang bunga Utang pajak Utang devidens Utang bank, at 25% | 500 1.000 44 18 500 | 1.000 500 14 48 2.000 | 500 0 0 30 1.500 | 0 500 30 0 0 |
Total utang lancar / e | 2.062 | 3.562 | | |
Utang obligasi, at 20% Utang hipotik, at 24% | 1.000 2.000 | 500 1.500 | 0 0 | 500 500 |
Total utang jangka panjang / f | 3.000 | 2.000 | | |
Saham istimewa, at 24% Saham biasa Agio sero Laba ditahan | 2.000 3.000 420 80 | 2.000 4.500 865 573 | 0 1.500 445 493 | 0 0 0 0 |
Total ekuitas / g | 5.500 | 7.938 | | |
Total utang dan modal / e + f + g | 10.562 | 13.500 | | |
Total sumber dan penggunaan dana | | | 9.848 | 9.848 |
Tabel 3.6
Laporan Arus Kas PT. ABC (cash flow statement)
Kas dari aktivitas operasi (operating activity)
(Perhitungan Dalam Rupiah)
Laba Bersih | 1.302 |
Penurunan piutang | 4.400 |
Kenaikkan persediaan | (700) |
Kenaikkan utang dagang | 500 |
Penurunan beban yang harus dibayar | (500) |
Kenaikkan kas | 5.002 |
Kas dari aktivitas investasi (investment activity)
(Perhitungan dalam rupiah)
Kenaikkan harta keuangan | (2.650) |
Kenaikkan harta tetap | (4.020) |
Kenaikkan harta tak berwujud | 82 |
Penurunan kas | (6.588) |
Kas dari pembiayaan (financing activity)
(perhitungan dalam rupiah)
Kenaikkan hutang bank (note payable) | 1.500 |
Penurunan hutang jangka panjang | (1.000) |
Kenaikkan saham biasa | 1.500 |
Kenaikkan agio sero (capital surplus) | 445 |
Pembayaran dividends | (809) |
Kenaikkan kas | 1.636 |
Ikhtisar Arus Kas
(perhitungan dalam rupiah)
Kenaikkan kas dari operasi | 5.002 |
Penurunan kas untuk investasi | (6.588) |
Kenaikkan kas dari pembiayaan | 1.636 |
Kenaikkan kas | 50 |
Kas awal periode | 450 |
Kas pada akhir periode (tahun) | 500 |
Tabel 3.7
Perbandingan Rasio Keuangan PT. ABC dengan perusahaan Sejenis
Analisis Likuiditas
Jenis Ratio (perhitungan) | PT. ABC 2001 | PT.ABC 2002 | Prshn. Sejenis | analisis |
Rasio lancar (current ratio) (harta lancar/hutang lancar) 2001=(6.150/2.062)=298% 2002=(2.500/3.562)=70% | 298% | 70% | 200% | 2001, baik 2002, buruk |
Rasio cair (acid test rasio) (harta lancar - persediaan)/ Hutang lancar 2001=(6.150-900)/2.062=55% 2002=(2.500-1.600)/3.562=5% | 255% | 25% | 150% | 2001, baik 2002, buruk |
Keterangan:
1. Likuiditas tahun 2001 baik
2. Likuiditas tahun 2002 buruk, itu berarti bahwa manajer keuangan tidak mampu mengelola modal kerja, sehingga perusahaan kekurangan modal kerja.
Analisis Leverage (solvabilitas)
Jenis Ratio (perhitungan) | PT. ABC 2001 | PT.ABC 2002 | Prshn. Sejenis | analisis |
Rasio total hutang terhadap total harta (debt ratio) (hutang lancar+hutang jangka panjang) / total harta 2001=(2.062+3.000)/10.562=48% 2002=(3.562+2.000)/13.500=41% | 48% | 41% | 40% | 2001, buruk 2002, wajar |
Rasio total ekuitas terhadap total harta (equity ratio) (saham istimewa+saham biasa+agio sero+laba ditahan)/ total asset 2001=(2.000+3.000+420+80)/ 10.562=52% 2002=(2.000+4.500+865+573)/ 13.500=59% | 52% | 59% | 60% | 2001, wajar 2002, wajar |
Rasio total hutang terhadap ekuitas atau modal sendiri (debt to equity ratio) 2001=(2.062+3.000)/5.500=92% 2002=(3.562+2.000)/7.938=70% | 92% | 70% | 60% | 2001, buruk 2002, buruk |
Rasio laba operasi terhadap bunga (time interest earned ratio) (EBIT/ bunga) 2001=(1.680/805)=2,07X 2002=(2.820/960)=2,94X | 2,07X | 2,94X | 5X | 2001, buruk 2002, buruk |
Keterangan:
1. Sebagian besar rasio leverage buruk
2. Rasio ekuitas terhadap wajar karena rata-rata di atas 50%, artinya jumlah ekuitas atau modal sendiri lebih besar daripada total hutang.
Analisis Profitabilitas (Profitability Analysis)
Jenis Ratio (perhitungan) | PT. ABC 2001 | PT.ABC 2002 | Prshn. Sejenis | analisis |
Gross profit margin (laba kotor/sales) 2001=(2.880/7.200)=40% 2002=(4.050/9.000)=45% | 40% | 45% | 50% | 2001, buruk 2002, buruk |
Operating profit margin (laba operasi/sales) 2001=(1.800/7.200)=25% 2002=(2.970/9.000)=33% | 25% | 33% | 40% | 2001, buruk 2002, buruk |
Net profit margin (laba bersih/ sales) 2001=(613/10.562)=9% 2002=(1.302/9.000)=15% | 9% | 15% | 20% | 2001, buruk 2002, buruk |
Return on assets (laba bersih/total asset) 2001=(613/10.562)=6% 2002=(1.302/13.500)=10% | 6% | 10% | 15% | 2001, buruk 2002, buruk |
Return on equity (laba bersih/equity) 2001=(613/5.500)=11% 2002=(1.302/7.938)=16% | 11% | 16% | 20% | 2001, buruk 2002, buruk |
Keterangan:
1. Secara keseluruhan, kemampuan manajemen memperoleh laba untuk dibanding dengan perusahaan sejenis atau pesaing.
2. Buruknya kemampuan manajemen itu harus dicari sebabnya. Setelah ditemukan sebabnya kemudian agar menajemen dapat berprestasi sesuai yang diharapkan, atau sama dengan kemampuan peasing.
3. Pada umumnya kemampuan manajemen itu dipengaruhi oleh beberapa faktor antaralain:
a. Kekurangan ketrampilan dan pengetahuan, akibatnya ia tidak dapat bekerja secara optimal
b. Kondisi kerja yang kurang baik atau situasi tidak kondusif
c. Sikapnya terhadap pemilik dan organisasi tidak positif
d. Sumber daya perusahaan tidak mencukupi untuk operasi
e. Pemilik kurang menghargai manajer dan karyawannya, mereka memperlakukannya sebagai alat produksi
Analisis aktivitas (activity analysis)
Jenis Ratio (perhitungan) | PT. ABC 2001 | PT.ABC 2002 | Prshn. Sejenis | analisis |
Perputaran harta (assets turn over) (sales/total assets) 2001=(7.200/10.562)=0,68X 2002=(9.000/13.500) =0,67X | 0,68X | 0,67X | 1,5X | 2001, buruk 2002, wajar |
Pertutaran piutang (receivable trun over) (sales/piutang) 2001=(7.000/4.800)=1,5x 2002=(9.000/400)=22,5x | 1,5x | 22,5x | 12x | 2001, buruk 2002, baik |
Perputaran pesediaan (inventory turn over) (sales/persediaan) 2001=(7.200/900) =8X 2002=(9.000/1.600) =5,6X | 8X | 5,6 | 10X | 2001, buruk 2002, buruk |
Perputaran modal kerja (working capital turn over) Sales/(harta lancar-hutang lancar) 2001=7.200/(6.150-2.062)= 1,8x 2002=9.000/(2.500-3.562)=-8,5x | 1,8x | -8,5x | 5X | 2001, buruk 2002, buruk |
Keterangan:
1. Sebagian besar perputaran harta perusahaan buruk. Buruknya perputaran harta itu disebabkan karena terlalu banyak investasi pada harta tetap dan harta dalam persediaan
2. Khusus mengenai perputaran modal kerja sangat memperhatikan, karena perusahaan tidak memiliki modal kerja permanen yang berasal dari hutang jangka panjang dan modal sendiri. Kondisi perusahaan yang demikian sangat bahaya karena likuiditas perusahaan dan likuiditas badan usaha bisa terganggu. Karyawan bisa mogok sewaktu-waktu karena pembayaran upah sering terlambat (likuiditas perusahaan), dan pemasok bisa tidak bersedia mengirim bahan baku karena pembayarannya tidak tepat (likuiditas badan usaha)
3. Hanya perputaran piutang tahun 2002 yang cukup baik
Analisis Penilaian (Valluation Analysis)
Jenis Ratio (perhitungan) | PT. ABC 2001 | PT.ABC 2002 | Prshn. Sejenis | analisis |
Earning Per Share (EPS) (EAT/saham biasa beredar) 2001=(613/1.000 lmbr)=0,613 2002=(1.302/1.000 lmbr) =1,32 | Rp 0,613 | Rp 1,30 | Rp 3,00 | 2001, buruk 2002, buruk |
Dividend Per Share (DPS) (Dividend saham biasa/saham biasa beredar) 2001=(53/1.000 lmbr)=0,053 2002=(329/1.000 lmbr)=0,329 | Rp 0,053 | Rp 0,33 | Rp 1,00 | 2001, buruk 2002, buruk |
Price Earning Ratio (PER) (Market Value/EPS) 2001=(5/0,613) =8,2X 2002=(5/1,32) =3,8X | 8,2X | 3,8 | 10X | 2001, buruk 2002, buruk |
Market Book Value Per Share (market value/book value) 2001=5/(5.500/1.000)= 0,9X 2002=5/(7.938/1.000)=0,6X | 0,9X | 0,6X | 3X | 2001, buruk 2002, buruk |
Keterangan:
1. Secara keseluruhan rasio penilaian sangat buruk dibanding perusahaan sejenis atau pesaing
2. EPS tahun 2001 sangat buruk kurang dari Rp 1, sedangkan pesaing sebesar Rp 3. Itu menunjukan bahwa manajemen tidak mampu meningkat pendapatan atas penjualan dan tidak mampu efisiensi seluruh biaya perusahaan. Demikian juga EPS tahun 2002 juga tidak baik, karena hanya sebesar Rp 1,30. Jumlah ini jauh di bawah Rp 3,00.
3. Dividen per saham tahun 2001 sangat buruk, di banding dengan pesaing. Tentu saja para pemegang saham sangat tidak puas atas kinerja manajemen, demikian juga dividen tahun 2002 juga buruk. Dalam kondisi yang demikian, para pemegang saham bisa menarik investasinya, dan dapat dipastikan harga saham di pasar bursa sangat rendah
4. PER tahun 2001 dan 2002 di bawah pesaing, itu menunjukkan bahwa harga pasar saham buruk
5. Market book value per share kedua tahun tersebut juga di bawah pesaing, itu menunjukkan manajemen belum mampu mengimbangi pesaingnya
Analisis Pertumbuhan (Growth Analysis)
Jenis Ratio (perhitungan) | PT. ABC 2001 | PT.ABC 2002 | Prshn. Sejenis | analisis |
Sales Growth (sales 2002/ 2001)-100% 2002=(9.000/7.200) -100% | | 25% | 20% | 2002, baik |
EAT Growth (EAT 2002/ 2001)-100% 2002=(1.320/613)-100% | | 112% | 15% | 2002, baik |
EPS Growth (EPS 2002/2001)-100% 2002=(1,30/0,613)-100% | | 112% | 15% | 2002, baik |
DPS Growth (DPS 2002/2001)-100% 2002=5/(7.938/1.000)=0,6X | | 523% | 25% | 2002, baik |
Keterangan:
1. Secara keseluruhan perusahaan tumbuh dengan baik pada tahun 2002. Tetapi itu ukuran dari kinerja tahun sebelumnya. Ukuran tersebut ukuran internal. Ukuran eksternal, di banding dengan pesaingnya, perusahaan belum mampu mengimbangi pesaingnya
2. Manajer mampu menaikkan kekayaan pemegang saham biasa, terbukti EPS naik sangat signifikan. Suatu prestasi yang luar biasa, manajemen mampu menaikkan EPS lebih dari seratus persen. Itu menunjukkan bahwa tim manajemen sangat solid. Tetapi diukur dari pesaingnya, mereka belum mampu mengimbangi pesaingnya
3. Manajemen juga mampu memakmurkan pemegang saham biasa dengan pertumbuhan DPS yang super normal. Walaupun ditinjau dari pesaing perusahaan tersebut kalah dengan pesaingnya, namun ditinjau dari pertumbuhan menunjukkan hal yang luar biasa. Jarang terjadi ada perusahaan yang tumbuh DPSnya sampai lima kali lipat atau 500%. Itu hal yang luar biasa. Secara intern manajemen perusahaan tersebut dapat dikatakan sukses, tetapi secara ekstern atau diukur dengan pesaingnya, perusahaan tersebut manajemennya belum mampu mengimbangi pesaing
Analisis kebangkrutan (Bankruptcy analysis)
(Analysis diskriminant of altman) kerangka berpikir altman
Rasio keungan sangat terbatas, karena rasio itu dihitung secara parsial. Agar rasio itu sempurna seharusnya diuji dengan perhitungan statistik secara regresi. Altman menyajikan index dari bebagai variabel bebas untuk menentukan apakah suatu perusahaan itu akan bangkrut atu tidak.index itu dinyatakan sebagai berikut :
Perusahaan yang akan bangkrut adalah perusahaan yang memiliki nilai Z kurang dari 2,675, dan perusahaan yang tidak akan bangkrut adalah perusahaan yang memiliki nilai Z lebih besar dari 2,675. Namun perlu diingat bahwa nilai itu adalah hasil riset Altman di perusahaan amerika. Jadi belum tentu diterapkan secara mutlak pada perusahaan di indonesia. Besarnya nilai Z dapat dihitung bedasarkan variabel – variabel berikut ini :
Z=0,012X1+0,014X2+0,033X3+0,006X4+0,999X5
Di mana :
X1 = Working capital divided by total assets, (%)
X2 = Retained earning divided by total assets, (%)
X3 = EBIT divided by total assets (%)
X4 = Market value of equity divided by book value of debt, (%)
X5 = Sales divided by total assets, (times)
Tahun 2002
X | Keterangan (perhitungan) | rasio |
X1 | Working capital to total assets ratio | |
X2 | (2.500 – 3.562) / 13.500=-1,062/13.500 | -7,9% |
| Retained earning to total assets ratio, (573/13500) | 4,2% |
X3 | Ebit to total assets ratio,(2.970 / 13.500) | 22% |
| Equity market to debt book value ratio | |
X4 | (5/93.562+2.000)/1.000 lembar saham biasa) | 66,12% |
X5 | Assets turn over, 9.000 /13.500 | 0,6667X |
Z = 0,012(-7,9) + 0,014(4,2) + 0,033(22) + 0,006(66,12) +0,999(0,6667)
Z = -0,0948 + 0,0588 + 0,3967 + 0,666
Z = 1,7527, kurang dari 2,675
Kesimpulan :
Perusahaan cenderung akan bangkrut, karena nilai Z=1,7527 kurang dari 2,675.
Sistem Du-pont
Sistem analisis keuangan tersbut banyak dipakai oleh perusahaan – perusahaan multi nasional corporataion (MNC) yang mempunyai cabang usaha di seluruh dunia. Sistem tersebut bertujuan untuk memudahkan pengendalian melalui dua dimensi yaitu :
1. Operating profit margin (laba operasi terhadap penjualan)
2. Assets turn over (perputaran harta, penjualan terhadap harta.
Dua dimensi tersebut di gabungkan menjadi tingkat pengembalian hasil atas investasi (return on investment atau ROI)
Jika ROI perusahaan sejenis, misalnya 25%, maka baik tahun 2001 maupun tahun 2002, ROI perusahaan di bawah perusahaan sejenis.kemungkinan terjadi adalah :
1. Manajemen belum mampu meningkatan penjualan
2. Manajemen belum mampu meningkatkan efisiensi biaya
3. Manajemen terlalu besar menggunakan harta untuk kegiatan operasi atau penggunaan harta belum efektif.
Di samping ROI sebagai salah satu kriteria pengukuran kinerja manajemen, terdapat penggukuran yang lainnya yakni bahwa kemampuan manajemen dapat diukur dari tiga dimensi :
1. Kemampuan memperoleh laba bersih
2. Kemampuan mengoptimalkan harta
3. Kemampuan menggunakan sumber pembiayaaan dari kreditur.
Tiga kemampuan tersebut dapat disajikan dalam bentuk ukuran kemampuan memperoleh tingkat pengembalian modal sendiri atau Return on equity atau ROE.
Teknik penyajiannya ketiga kemampuan tersbut adalah sebagai berikut :
Jika perusahaan sejenis ROE nya 20%, maka perusahaan ROE nya berada di bawah perusahaan sejenis. Kondisi tersebut karena :
1. Manajemen belum mampu meningkatkan penjualan
2. Manajemen belum mampu mengadakan efisioensi biaya.
3. Manajemen belum mampu mengoptimalkan harta operasi
4. Manajemen belum mampu menggunakan sumber pembiayaan dari kreditur
Ukuran- ukuran kinerja keuangan itu dewasa ini dianggap telah usang, karena lingkungan bisnis berubah cepat atau lingkungan bisnisnya sangat dinamis perkembangannya. Manajemen harus tahap demi tahp harus mengurangi ketergantungan analisisnya pada analisis keuangan, kemudian bertalih ke analisis yang berkaitan dengan manusia, baik secara internal (karyawan atau buruh) maupun secara eksternal(pelanggan),karena yang menghasilkan laba adalah manusia dalam hal ini karyawan dan buruh.
BAB III
Kesimpulan
Setelah penulis selesai menyusun makalah ini yang pada dasarnya masih banyak kekurangan dan penulis telah menguraikan secara singkat terdapat beberapa hal yang perlu digarisbawahi, yaitu:
1. Balanced Scorecard merupakan suatu ukuran yang cukup komprehensif dalam mewujudkan kinerja, yang mana keberhasilan keuangan yang dicapai perusahaan bersifat jangka panjang.
2. Balanced scorecard dapat digunakan sebagai alternatif pengukuran kinerja perusahaan yang lebih komprehensif dan tidak hanya bertumpu pada pengukuran atas dasar perspektif keuangan saja. Hal ini terbukti dengan adanya manfaat-manfaat yang dirasakan oleh perusahaan-perusahaan yang menerapkannya.
3. Pada umumnya kinerja keuangan diukur dari tiga segi yaitu:
1. Segi kemampuan organisasi untuk memperoleh laba berish (earning after tax) yang lazim disebut net profit margin yaitu laba bersih dibagi pendapatan penjualan.
2. Kemampuan organisasi mengoperasikan harta untuk memperoleh penjualan atau lazim disebut Perputaran harta atau asset turnover, yaitu pendapatan penjualan dibagi total harta (asset).
3. Kemampuan organisasi untuk menggunakan sumber pembiayaan dari luar yang lazim disebut equity multiplier, yaitu total asset dibagi total equity. Penggabungan net profit margin dengan asset turnover menghasilkan return on asset (ROA), dan penggabungan ROA dengan equity multiplier menghasilkan return on equity (ROE).
DAFTAR PUSTAKA
Prawironegoro, Dr. Darsono & Ari Purwanti, M.Ak., Akuntansi Manajemen, ed 3, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2009.
- Kaplan, Robert S dan David P. Norton, 1996, Balanced Scorecard: Translating Strategy Into Action, Boston: Havard Business School Press.
[1] Robert S. Kaplan dan David P. Norton, Balanced Scorecard (Jakarta: Erlangga, 2000), p. 7. Alih bahasa ke dalam Bahasa Indonesia oleh Peter R. Yosi Pasla.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar