sebenarnya gak pengin posting beginian tapi karena
tugas dari kampus, buat nulis resume tentang ibnu rusyd ya sekalian aja di
posting biar ga susah nanti kalo cari2. buat temen2 yang lain yang sedang cari
ya silahkan saja di baca atau di copy sekalian..hehe. langsung saja yah , kita
simak tulisan di bawah ini:
Abu Ya‘la al-Walid Muhammad ibn Ahmad ibn Muhammad ibn
Rusyd (1126-1198), atau yang lebih terkenal dengan sebutan Ibn Rusyd atau
Averroes, adalah filosof Muslim Barat terbesar di abad pertengahan. Dia adalah
pendiri pikiran merdeka sehingga memiliki pengaruh yang sangat tinggi di Eropa.
Michael Angelo meletakkan patung khayalinya di atas atap gereja Syktien di
Vatikan karena ia dipandang sebagai filosof free thinker. Dante dalam Divine
Comedia-nya menyebutnya “Sang Komentator” karena dia dianggap sebagai
komentator terbesar atas karya-karya Aristoteles.
Secara resmi, Ibn Rusyd memang diminta oleh Amir Abu
Ya‘la Ya’qub Yusuf untuk menulis komentar atas berbagai karya Aristoteles, di
mana untuk setiap buku dia membuat tiga kategori komentar: ringkasan (jami’),
komentar singkat (talkhis) dan komentar detail (sharh atau tafsir). Yang
terakhir disiapkan untuk mahasiswa tingkat tinggi. Akan tetapi, untuk jangka
waktu yang sangat lama, di dunia Muslim, Ibn Rusyd tidak dikenal karena
komentar-komentarnya terhadap karya-karya Aristoteles, tapi karena Tahafut
al-Tahafut-nya yang ditulisnya sebagai bantahan terhadap terhadap buku
al-Ghazali, Tahafut al-Falasifah. Komentar-komentarnya banyak berada di dunia
Yahudi dan Kristen sehingga kebanyakan komentar-komentarnya tidak lagi
ditemukan dalam bahasa Arab, tapi sudah dalam bentuk terjemahan bahasa Hebrew
atau Latin.
Memang, Ibn Rusyd merupakang komentator besar
karya-karya Aristoteles, namun perhatian intelektualnya yang vital dalam
konteks pemikiran filsafat Islam diabaikan, kita telah berbuat tidak adil
terhadapnya. Sekalipun bersikap sebaliknya juga sama tidak adilnya. Akan tetapi
bagaimanapun juga, untuk memperoleh suatu pemahaman yang benar tentang
pemikiran filosofis dan teologis Ibn Rusyd, sumber yang paling penting tentu
saja Tahafut al-Tahafut.
Ia lahir di kota Cordova, Ibu Kota Andalusia.Kakeknya
adalah seorang ahli fiqh dan ilmu hukum terkenal. Di samping menjabat sebagai
imam besar di Masjid Jami’ Cordova, ia juga diangkat menjadi hakim agungn (qadi
al-jama’ah). Setelah meninggal, jabatan hakim agung ini diteruskan oleh
puteranya, ayah Ibn Rusyd.
Tampak di sini bahwa Ibn Rusyd terlahir dari keluarga
ahli-ahli fiqh dan hakim-hakim. Tidak mengherankan jika salah satu karyanya
yang sangat terkenal, Bidayat al-Mujtahid wa Nihayat al-Muqtasid, merupakan
karyanya dalam bidang fiqh. Buku ini merupakan suatu studi perbandingan hukum
Islam, di mana di dalamnya diuraikan pendapat Ibn Rusyd dengan mengemukakan
pendapat-pendapat imam-imam fiqh.
Dia juga sebagai seorang dokter dan astronomer. Tapi,
posisi ini kurang terkenal dibanding dengan reputasinya sebagai filosof. Dia
dianggap sebagai salah satu dokter terbesar di zamannya. Menurut Sarton (G.
Sarton, “Introduction of the History of Science, vol. II (Baltimore, 1931) dia
adalah orang pertama yang menerangkan fungsi retina dan orang pertama yang
menjelaskan bahwa serangan cacar pertama akan membuat kekebalan berikutnya pada
orang yang bersangkutan.
Sebagai seorang penulis masalah obat-obatan, dia
menyusun satu ensiklopedia yang berjudul Kitab al-Kulliyat fi al-Tibb.
Ensiklopedi tersebut terdiri dari tujuh buku yang berhubungan dengan anatomi,
fisiologi, patologi umum, diagnosis, materia medica, kesehatan dan terapi umum.
Ensiklopedi ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin yang kemudian menjadi
tex-book di berbagai universitas Kristen. Dia juga menulis komentar tentang
puisi medis Ibn Sina, Arjuzah fi al-Tibb. Sebagai penulis masalah astronomi,
dia menyiapkan ringkasan Almagest-nya Ptolemy dan juga menyusun satu karya
tentang gerakan benda-benda langit dengan judul Kitab fi al-Harakah al-Aflak.
Filsafat Ibn Rusyd merepresentasikan titik kulminasi
pemikiran Muslim dalam sebuah arah yang sangat esensial, yaitu memahami
Aristoteles. Mulai al-Kindi, itu merupakan upaya dari seluruh filosof Muslim
untuk memahami sistem pemikiran Aristoles, tapi kebanyakan di antara mereka
tergelincir ke dalam jebakan Neoplatonisme. Para filosof Muslim tersebut
mengira berbagai karya para filosof Neoplatonik sebagai karya Aristoles. Di
masa Ibn Rusyd, banyak karya Aristoteles yang sudah diterjemahkan ke dalam
bahasa Arab dan tulisan-tulisan Pseudo-Aristotelian telah dikenali. Perbedaan
utama antara Ibn sina dengan Ibn Rusyd adalah bahwa yang terakhir lebih
memiliki pemahaman yang jelas dan luas tentang Aristoteles.
Arsitoteles, bagi Ibn Rusyd, adalah pemikir yang
sangat besar, filosof terbesar yang pernah lahir, yang sama sekali tidak
memiliki kesalahan dalam pikiran-pikirannya. Temuan-temuan baru dalam filsafat
dan ilmu pengetahuan tidak ada perubahan yang signifikan dan substansial dari
apa yang telah dielaborasi oleh Aristoteles. Tentu saja bahwa penilaian
terhadap Aristoteles ini bisa jadi salah dalam hal posisinya dalam sejarah
pemikiran manusia, tapi ketika Aristoteles bisa dipahami secara baik, sistemnya
akan berkaitan dengan pengetahuan tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia.
Ibn Rusyd sangat mengagumi logika Aristoteles. Ia
menyatakan, “Tanpanya, orang tidak bisa bahagia dan sungguh kasihan bahwa Plato
dan Socrates telah menyia-nyiakannya”. (Saeed Shaikh, Studies in Muslim
Philosophy (Delhi: Adam Publishers & Distributors, 1994: 171-172). Karena
penghormatannya yang sangat tinggi terhadap Aristoteles, Ibn Rusyd harus
membayar sangat mahal. Dia diserang oleh kaum ortodoks karena usahanya untuk
menjajarkan ajaran Aristoteles dengan Islam. Para teolog merasa bahwa Ibn
Rusyd, dalam rangka untuk merekonsiliasi dogma Islam dengan filsafat
Aristoteles, telah menodai ajaran Islam. Mereka sangat murka terhadap Ibn Rusyd
dan menuduhnya telah murtad.
Salah satu akibat dari serangan para teolog terhadap
doktrin-doktrin filsafat Ibn Rusyd adalah pada tahun 1194-1195, Amir Abu Ya‘la
Yusuf Ya’qub al-Mansur, di Sevila, menyuruh untuk membakar semua tulisan Ibn
Rusyd kecuali beberapa kita yang berisi tentang pengobatan, aritmatika dan
astronomi.
Tuduhan yang paling keji justru datang dari
Eropa-Kristen. Ernest Renan, sebagaimana yang dikutip Ahmad, menyatakan bahwa
dunia Kristen menuduh Ibn Rusyd sebagai gembong ateis yang paling besar, musuh
agama dan pembenci nabi-nabi suci. Dituduhkan bahwa ia pernah mengatakan bahwa
dunia telah dirusak oleh tiga dajal: Yahudi, Kristen dan Islam. Ketiga dajal
tersebut adalah Musa yang membawa agama kanak-kanak, Isa yang membawa agama
tidak rasional, dan Muhammad yang membawa agama babi. Ajarannya tidak boleh dipelajari
dan buku-bukunya harus dimusnahkan. Para pengikutnya dikejar-kejar, bahkan ada
yang dibakar.
Kejadian ini sebetulnya murni faktor politik. Selama
masa Ibn Rusyd, kondisi politik di dunia Islam mengalami penurunan. Ketika
berperang melawan Kristen, al-Mansur sangat membutuhkan bantuan para teolog dan
ahli fiqh ortodoks. Perlu juga dicatat bahwa Amir al-Mansur ketika di Sevila
tidak hanya menyuruh membakar buku-buku Ibn Rusyd, tapi juga menuduhnya telah
murtad dan membuangnya ke Lucena, dekat Cordova. Tapi ketika sang Amir kembali
ke Maroko pada tahun, dia membebaskan Ibn Rusyd dari hukuman buang dan
mengundangnya ke istana dengan penuh penghormatan pada tahun 1197. Perubahan
sikap Amir ini dapat dijelaskan bahwa penduduk Spanyol lebih ortodoks daripada
penduduk Berber.
Tapi, setahun kemudian, ia meninggal dunia. Tepatnya
pada tanggal 10 desember 1198 di kota Marakish, Ibu Kota Maroko. Setahun
kemudian sang Khalifah juga meninggal dunia.
Doktrin utama filsafat Ibn Rusyd yang membuatnya dicap
sebagai murtad berkaitan dengan keabadian dunia, sifat pengetahuan Tuhan dan
kekekalan jiwa manusia dan kebangkitannya. Membaca sekilas tentang Ibn Rusyd
memang bisa memberi kesan bahwa dia murtad dalam hubungannya dengan
masalah-masalah tersebut, tapi penelaahan yang serius akan membuat orang sadar
bahwa dia sama sekali tidak menolak ajaran Islam. Dia hanya
menginterpretasikannya dan menjelaskannya dengan caranya sehingga bisa sesuai
dengan filsafat.
Terhadap doktrin keabadian dunia, dia tidak menolak
prinsi penciptaan (creation), tapi hanya menawarkan satu penjelasan yang
berbeda dari penjelasan para teolog. Ibn Rusyd memang mengakui bahwa dunia itu
abadi, tapi pada saat yang sama membuat pembedaan yang sangat penting antara
keabadian Tuhan dengan keabadian dunia. Ada dua macam keabadian: keabadian
dengan sebab dan keabadian tanpa sebab. Dunia bersifat abadi karena adanya satu
agen kreatif yang membuatnya abadi. Sementara, Tuhan abadi tanpa sebab. Lebih
dulunya Tuhan atas manusia tidak terkait dengan waktu. Keberadaan Tuhan tidak
ada kaitannya dengan waktu karena Dia ada dalam keabadian yang tak bisa
dihitung dengan skala waktu. Lebih dulunya Tuhan atas dunia ada dalam
keberadaan-Nya sebagai sebab yang darinya muncul semua keabadian.
Bagi Ibn Rusyd, tidak ada creatio ex nihilio, tapi
penciptaan adalah proses perubahan dari waktu ke waktu. Menurut pandangan ini,
kekuatan kreatif terus-menerus bekerja dalam dunia, menggerakannya dan
menjaganya. Adalah mudah untuk menyatukan pandangan ini dengan konsep evolusi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar